Jumat, 27 Desember 2013

Perencanaan Pembelajaran



PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Makalah
   Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Perencanaan Pembelajaran SD
Dosen Pengampu: Drs. Fathoni, M.Pd.



 
Oleh:

Ade Nurhamidah
Ahmad Bayhaqie

SEMESTER GANJIL (III)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
NAHDLATUL ULAMA (NU)
INDRAMAYU
2013 - 2014 M
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan taufiq-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah  Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi, yang diampu oleh Dosen Drs. Fathoni, M.Pd., dengan judul: Pengembangan Bahan Ajar”.

Kepada semua pihak, khususnya Dosen Pengampu/Pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu memberikan saran dan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan khususnya bagi pribadi penulis sendiri dan umumnya khalayak pembaca. Tak lupa, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan/koreksi makalah ini agar menjadi lebih baik.

 Cirebon,  Oktober 2013


Penulis,


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Saat ini pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi pengembangan kualitas pembelajaran dalam institusi pendidikan. Untuk itu program pengembangan bahan ajar yang menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini bagi dunia pendidikan akan sangat membantu proses pembelajaran. PASIAD (Pacific Countries Social And Economic Solidarity Association) memprogramkan pengembangan bahan ajar bagi tenaga pendidik guna mempersiapkan mereka menghadapi perkembangan teknologi pengajaran yang mengikuti perkembangan zaman.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan bahan ajar?
2.      Apa saja prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar dan prinsip-prinsip pembelajaran?
3.      Apa saja langkah-langkah dalam memilih bahan ajar?
4.      Mengapa guru perlu mengembangkan bahan ajar ?
1.3  Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahuipengertian bahan ajar.
2.  Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar dan prinsip-prinsip pembelajaran.
3.  Untuk mengetahui langkah-langkah dalam memilih bahan ajar.
4.      Untuk mengetahui mengapa guru perlu mengembangkan bahan ajar.
BAB II
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
2.1 Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.  Bahan ajar atau  teaching-material, terdiri atas duakata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan.Menurut University of Wollongong NSW  2522, AUSTRALIA pada website-nya,  WebPage last updated:  August 1998,  Teaching is defined as the process ofcreating and sustaining an effective environment for learning. Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif.
2.2Prinsip-Prinsip Dalam Memilih Bahan Ajar Dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Dalam memilih bahan ajar guru harus tahu prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran, adapun prinsip-prinsipnya  meliputi:
(a)   prinsip relevansi,
Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

(b)   konsistensi,
Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
(c) kecukupan.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Selain prinsip dalam memilih bahan ajar kita pun harus memeperhatikan prinsis-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1.  Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, nyata dan ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, mereka dibawa untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
2.  Pengulangan akan memperkuat pemahamanDalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini  dikatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun  jumlahnya  sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan.
3.  Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswaRespon  yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau  ’ya kamu pintar’ atau,  ’itu benar, akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respon  negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
4.  Motivasi belajar yang tinggi adalah salah satu faktor penentu keberhasilan belajarSiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih   berhasil dalam belajar, sehinggga  salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran  adalah memberikan  motivasi  agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, harapan, menjelaskan  tujuan dan manfaat, memberi contoh, menceritakan sesuatu yang membuat senang belajar, dan sebagainya
5.  Mencapai tujuan setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai tujuan yang diinginkan.Pembelajaran adalah proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai standar  kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan indikator tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit melangkah, namun anak tangga yang terlalu kecil  juga  terlampau mudah  dilewati. Untuk itu, guru perlu menyusun tujuan pembelajaran  yang  pas, sesuai dengan karakteristik siswa.
6.  Mengetahui hasil yang telah dicapai mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan akan melewati kota-kota lain.  Jika  pemandu perjalanan memberitahukan setiap kota yang dilewati,  agar peserta  menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi  perlu  berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan yang baik,  yang akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan.  Semua peserta dapat mencapai kota tujuan.  Dalam pembelajaran, setiap  siswa  akan mencapai tujuan dengan kecepatannya sendiri, namun mereka akan sampai kepada tujuan dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

2.3Langkah-Langkah Dalam Memilih Bahan Ajar
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi :
(a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar,
(b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar,
(c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi, dan
(d) memilih sumber bahan ajar.

Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
  • Mengidentifikasikan jenis-jenis materi bahan ajar, Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
  • Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
  • Memilih sumber bahan ajar.Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.

2.4Mengapa Guru Perlu Mengembangkan Bahan Ajar ?
Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu mengembangkan bahan ajar, antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan  dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.
Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standar  kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada  guru  sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan Bahan Ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.  Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian informasi  dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat.
Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan orang  lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.


BAB III
SIMPULAN
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.  Bahan ajar atau  teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Menurut University of Wollongong NSW  2522, AUSTRALIA pada website-nya,  WebPage last updated:  August 1998,  Teaching is defined as the process ofcreating and sustaining an effective environment for learning. Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif.







  
  
 
  
DAFTAR PUSTAKA
1.      Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar